Review
Film Hello World: Dunia yang Ini, Asli atau Ilusi?
by paperinblue
Judul :
Hello World (2019)
Genre : Animasi/Komedi/Drama
Sutradara : Tomohiko Itou
Penulis : Mado Nozaki
Pengisi Suara :
Haruka Fukuhara, Minami Hamabe, Takumi Kitamura
“Oh, another cute lovey-dovey rom-com anime.”
Itu mungkin kalimat yang pertama kali melintas saat menonton
paruh pertama film Hello World. Di beberapa menit awal, aku pikir anime movie ini hanya akan menjadi
tipikal anime yang karakternya super bucin
layaknya beberapa anime rom-com
ringan lainnya. Karena ya, merelakan diri melintas waktu demi orang yang
disayang agar tetap ada di masa depan nampaknya memang perbuatan yang cukup bucin menurutku. Tapi, baru beberapa
menit berselang dari saat pikiran itu menyerang, aku seperti dipaksa menjilat
ludah sendiri. Tidak sesederhana itu rupanya, Mado Nozaki sebagai penulis
naskah cerita memberi banyak kejutan yang mulai muncul di pertengahan.
Premis
awalnya sederhana. Seorang anak laki-laki usia SMA yang pendiam, tidak banyak
protes, kurang bisa menyampaikan apa yang ia inginkan dengan baik, dan suka
baca buku, ditunjuk secara paksa untuk jadi pengurus perpustakaan (tentu karena
tidak ada orang lain di kelas yang mau melakukan itu). Naomi Katagaki tidak
bisa menolak, jadi dia mengiyakan tanpa banyak bersuara. Namun, ia tidak akan
menjadi pengurus sendirian. Ada satu murid lagi yang merelakan diri, namanya
Ruri. Ruri Ichigyou bisa dibilang punya sifat yang 180o berlawanan dari Naomi. Meski sama-sama tidak
banyak bicara, Ruri lebih tegas dan tahu bagaimana caranya mempertahankan apa
yang ia mau.
Cerita
mulai perlahan memasuki konflik saat Naomi melihat seekor gagak berkaki tiga di
tengah peristiwa munculnya aurora merah. Ia mengikuti gagak tersebut karena
penasaran dan berakhir bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai dirinya dari
sepuluh tahun yang akan datang. Orang aneh dari masa depan ini, bilang ia
datang untuk memintanya menyelamatkan Ruri. Kata orang ini, Naomi dan Ruri akan
berpacaran tiga bulan dari sekarang. Bagian yang mengejutkan adalah saat Naomi
dari masa depan mengatakan bahwa Naomi yang ada saat ini hanyalah data dari
masa lalu dan tidak nyata. Pusing ya? Jadi di dalam film karya Tomohiko Itou
ini, dunia direkam dan datanya disimpan dalam kartu memori super besar bernama
Alltae. Data ini bisa diakses dan Naomi menemukan cara untuk kembali ke masa
lalu yang telah terekam. Sayangnya, harapan untuk mengubah takdir Ruri tidak
semudah yang dibayangkan. Sistem Alltae menolak segala perubahan yang tidak
sesuai dengan data yang ada. Sehingga, dua Naomi dari masa yang berbeda ini
harus berjuang mati-matian untuk menyelamatkan Ruri, sekaligus menghindari
antivirus yang berusaha meluruskan kembali gangguan yang mereka ciptakan.
Lalu,
kenapa aku bisa bilang dunia di film ini antara asli dan ilusi? Untuk jawaban
yang itu, kamu mungkin harus menonton sendiri. Tidak seru bukan jika aku
membocorkan plot-twist yang muncul di
sini? Tapi aku bisa bilang, kamu akan dibuat kaget dan mulai mempertanyakan
ulang tentang dunia di masa yang mana yang nyata dari film ini saat berhasil
mencapai akhir cerita.
Aku
tidak begitu paham tentang hal-hal teknis dan visual, tetapi dari kacamataku
yang awam, anime ini memberikan
visual yang memanjakan mata. It’s really
complex yet beautiful at the same time, it left you with an awe not gonna lie.
Ada banyak detail-detail yang cantik dengan kombinasi yang pas dan sesuai. Untuk
masalah visual, film ini sama sekali tidak mengecewakan.
Bagus
tidaknya sebuah film memang sangat relatif bergantung dari cara masing-masing
penonton menangkap keseluruhan film ini. Jalan cerita yang cukup kompleks dan
memiliki banyak plot-twist mungkin
bukan selera semua orang. Apalagi bagi kalian yang menonton anime hanya untuk hiburan ringan. Tetapi
menurutku pribadi, Hello World masih sangat bisa dinikmati (walau kepalaku
perlu diajak bekerja sedikit lebih keras, sih) karena cerita romansa serta character development dari kedua tokoh
utama masih sangat terasa. Plot-twist yang
muncul malah menjadi kejutan tersendiri yang membuat film ini menjadi lebih
menarik. It kinda set your concentration
right to the movie so you won’t miss the little details. Harusnya, film ini
bisa dinikmati di bioskop tahun ini, tapi perilisannya tidak jadi dilaksanakan
karena adanya pandemi. Jadi, silakan mencari tempat streaming yang legal untuk menikmati ya! Selamat menonton dan
semoga tidak ikut pusing sepertiku!
Penulis
paperinblue
Your
typical communication learner, but I write upon the constellation at night
Penyunting
Farwa Malika
Tim
Writer Kine
Comments
Post a Comment